Berbicara tentang berbakti kepada orang tua tidak lepas dari
permasalahan berbuat baik dan mendurhakainya. Mungkin, sebagian orang merasa
lebih ‘tertusuk’ hatinya bila disebut ‘anak durhaka’, ketimbang digelari ‘hamba
durhaka’. Bisa jadi, itu karena ‘kedurhakaan’ terhadap Allah, lebih bernuansa
abstrak, dan kebanyakannya, hanya diketahui oleh si pelaku dan Allah saja. Lain
halnya dengan kedurhakaan terhadap orang tua, yang jelas amat kelihatan,
gampang dideteksi, diperiksa dan ditelaah,sehingga lebih mudah mengubah sosok
pelakunya di tengah masyarakat, dari status sebagai orang baik menjadi orang
jahat. Pola berpikir seperti itu, jelas tidak benar, karena Allah menegaskan
dalam firman-Nya, (yang artinya) :
“Allah telah
menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah
kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)
Kewajiban berbakti kepada
orang tua, hal itu menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua memang
memiliki tingkat urgensi yang demikian tinggi, dalam Islam. Kewajiban itu
demikian ditekankan, sampai-sampai Allah menggandengkannya dengan kewajiban
menyempurnakan ibadah kepada-Nya.
Sekarang, bandingkanlah
substansi ajaran Islam itu dengan realitas yang berkembang di berbagai negara
di dunia, termasuk di Indonesia sekarang ini. Banyak anak yang enggan
menyisihkan sebagian waktunya, mengucurkan keringat atau sekadar berlelah-lelah
sedikit, untuk merawat orang tuanya yang sudah ‘uzur’. Terutama sekali, bila
anak tersebut sudah berkedudukan tinggi, sangat sibuk dan punya segudang
aktivitas. Akhirnya, ia merasa sudah berbuat segalanya dengan mengeluarkan
biaya secukupnya, lalu memasukkan si orang tua ke panti jompo.
Post a Comment